Rabu, 07 Oktober 2015

Makalah Model Pengembangan Instruksional

A.   Pengertian Model Pengembangan Instruksional

Ada dua konsep pokok yang perlu anda pahami terlebih dahulu, "model" dan "sistem instruksional". Secara umum istilah "model" diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep "sistem" dan "instruction". "System" yang untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi "sistem" oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai "a set of parts united by some form of interaction" suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi. "Interaction" yang diterjemahkan menjadi "pembelajaran dan pengajaran" dan "bahan instruksi" dalam arti perintah oleh Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus "instruction" merujuk pada "proses belajar mengajar" atau "proses pengajaran" (teaching-learning process).[1]
Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemkiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Uraian atau penjelasan menunjukan bahwa suatu model disain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, system, dan sebagainya.[2]
Komponen pokok sistem instruksional ialah tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi.[3]Dalam merumuskan tujuan, khususnya tujuan instruksional ada dua pandangan yang dapat dijadikan pegangan.Pertama, bahwa suatu tujuan harus dirumuskan secara prilaku atau behavioral dan karena itu tujuan tersebut disebut behavioral objectives.Kedua, bahwa tujuan tidak harus dirumuskan dan diukur secara parsial tetapi dalam suatu kesatuan dapat disebut juga expressive objectives. Di indonesia yang paling banyak dipakai adalah behavioral objectives.[4]
Sistem Intruksional menunjukan pada pengertian pengajaran sebagai suatu sistem, yaitu sebagai suatu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen, antara lain: materi pelajaran, metode, alat, evaluasi, yang kesemuanya itu berinteraksi satu sama lain di dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.[5]
Pada zaman dahulu, rencana untuk mengembangkan sistem dan desain instruksional kebanyakan dibuat berdasarkan atas intuisi, maksud yang jelas, dan penilaian yang subjektif.Namun, pada dewasa ini dengan berkembangnya teori-teori tentang bagaimana siswa belajar, berkembangnya macam-macam paket atau media belajar, ditemukannya metode-metodebelajar baru, telah mendorong para pendidik untuk mencari pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan desain instruksional.
Pendekatan baru ini didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja bersama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Pengembangan perencanaan untuk tujuan tersebut yang sekarang mendapat perhatian besar adalah didasarkan atas konsep sistem. Konsep sistem ini menurut kemp "refers to the technical integration of men and machine”.
Konsep pendekatan sistem tersebut membedakan mana-mana tugas yang kiranya lebih baik bila dikerjakan oleh manusia, dan mana yang paling baik bila dilakukan oleh mesin.Diterapkan kepada kegiatan pendidikan, konsep pendekatan sistem pada hakikatnya adalah proses untuk menemukan suatu cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari alternatif pemecahannya.Mengembangkan berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya".[6]
Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan. Sistem instruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya.Definisi pengembangan instruksional adalah "suatu proses menentukan dan menciptakan situasi dan kondisi tertentu yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di dalam tingkah lakunya. Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para penyusun desain instruksional dapat menilai efektivitas suatu desain.

Dua macam proses pengembangan sistem instruksional. Prosedur atau proses yang ditempuh  oleh para pengembang instruksional bisa meliputi dua cara:
1.      Dengan  pendekatan secara empiris. Disini paket atau bahan pengajaran disusun berdasarkan pengalaman si pengembang, siswa disuruh mempelajari lalu hasilnya diamati. Bila hasilnya tidak sesuaidengan apa yang diharapkan, materi pengajaran tersebut direvisi dan pekerjaan penyusun paket materi pengajaran diulang.
2.      Dengan mengikuti atau membuat suatu model. menurut pendekatan ini, hasil yang diharapkan, bisa duklasifikasikan sesuai dengan tipe-tipe tertentu. Untuk tiap-tiap tujuan khusus dapat dililihkan cara-cara tertentu untuk mencapainya, kondisi tertentu untuk mengamati responsi siswa bisa diciptakan dan perubahan-perubahan bilamana perlu bisa diadakan.
Model pengembangan sistem instruksional di lain pihak berusaha untuk menentukan prosedur secara khusus dalam mengamati berbagai macam klasifikasi tingkah laku siswa belajar, dan prosedur untuk mengubah rangsangan sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa sesuai dengan hasil yang diharapkan dalam suatu interaksi dengan lingkungan. Jadi, titik beratnya adalah pada mekanisme dan proses dalam suatu macam lingkungan tertentu, dalam suatu susunan tertentu untuk membawa perubahan tingkah laku siswa. pengembangan sistem instruksional menentukan kondisi dan lingkungan untuk mengubah dan mengamati perubahan tingkah laku siswa.[7]

A.    Dimensi Sistem Instruksional

Sistem Instruksional sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi yaitu dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang nyata (a reality). Dalam dimensi rencana sistem instruksional merujuk pada langkah-langkah atau prosedur yang harus dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses belajar mengajar.[8] Perencanaan Pembelajaran dilakukan sebelum melakukan proses belajar mengajar karena merupakan prosedur  dalam mempersiapkan belajar mengajar. Rencana sangat penting karena sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Jika perencanaan pembelajaran yang disiapkan sangat efektif, maka proses pembelajaran pun akan efektif. Begitupun sebaliknya.

            Dalam dimensi realita sistem instruksional merujuk pada interaksi kelas atau “the clssroom system” menurut konsep Wong dan Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan.[9] Dimensi realita cenderung terletak pada sistem-sistem yang ada di kelas. Dimensi inipun rujukannya ketika melakukan proses belajar mengajar. Kedua dimensi ini memang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan karena dua dimensi tersebut bagian dari sistem instruksional, sistem instruksional bagian dari sistem kurikulum, dan sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem pendidikan.

B.     Perbedaan dan persamaan antar model Desain Intruksional

Pengertian model desain intruksionalSebelum membahas tentang model pembelajaran, perlu diketahui bahwa desain pembelajaran berbeda dengan sistem pembelajaran.Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan  desain menekankan pada proses merancang progam pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa, seperti yang di kemukakan zook (2001) bahwa desain intruksional adalah asistematic thinking process to help learners learn.
Macam-macam model desain intruksional
Ada beberapa model desain intruksional, di antaranya adalah :
1.      Model Kamp
Di antara beberapa model desain intruksional, salah satunya adalah model kemp.Yaitu model desain intruksional yang dikembangkan dengan membentuk siklus.Karena menurut kemp, pengembangan desain pembelajaran itu terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul. Maka wajar jika dalam hal ini kemp tidak menentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Karena menurutnya, untuk mengembangkan sistem intruksional itu bisa dari mana saja, asal urutan komponennya tidak diubah.Oleh karena itu, model kemp juga dikatakan sebagai model yang paling luwes dalam kerangka desainnya. Adapun komponen-komponen dalam suatu desain intruksional menurut kemp adalah:
a.       Hasil yang ingin di capai
b.      Analisis tes mata pelajaran
c.       Tujuan khusus belajar
d.      Aktivitas belajar
e.       Sumber belajar
f.       Layanan pendukung
g.      Evaluasi belajar
h.      Tes awal
i.        Karaekteristik belajar
Dalam pengembangannya, kesembilan komponen ini terus–menerus direvisi setelah dilakukan evaluasi, baik evaluasi summatife maupun evaluasi formatife.Yaitu agar model ini dapat diarahkan dan disesuaikan untuk menentukan kebutuhan siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.

2.      Model Banathy
Berbeda dengan model kemp, model disain banathy tidak menganggap bahwa komponen-komponen bisa dimulai dari mana saja, melainkan model banathy adalah model yang memandang bahwa penyesuaian sistem instruksional harus dilakukan melalui tahapan-tahapan yang jelas. Ada terdapat enam tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran menurut banathy, yakni:
a.       Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh sisa atau peserta didik.
b.      Merumuskan kriteria tes  yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c.       Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan menginvetarisasi seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta mnentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d.      Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan .
e.       Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas sistem, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f.       Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

3.      Model Dick  and Cery
Seperti desain model banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick and Cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum.Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu.Mengapa hal ini perlu dirumuskan?Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal.Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes ke bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus.Untuk mencapai tujuan khusus yang selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni scenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi summative evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektifitas program dan evaluasi. Sumatif berfungsi ungtuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaaan  materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam revisi program pembelajaran.

4.      Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Model PSSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar


PPSI terdiri dari lima tahap yakni :
a.       Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada empat syarat dalam perumusan tujuan ini, yakni tujuan operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar atau proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
b.      Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap dua setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan criteria yang telah ditentukan.
c.       Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d.      Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni, merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e.       Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra-test, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.[10]

Model desain intruksional dalam perencanaan pembelajaran memiliki beberapa persamaan dan perbedaan.
1.      Persamaan desain intruksional
Walaupun model desain intruksioanl yang dikembangkan berbeda-beda, namun model desain ini masih memiliki persamaan. Adapun persamaan model desain ini adalah:
a.       Pengembangan sistem intruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan serta diterapkan dalam pengajaran
b.      Sistem intruksional adalah semua materi pelajaran dan metode yang telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam senyatanya.
c.       Seluruh model desain intruksional ini adalah proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengmbangan paket pelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar.
d.      Seluruh sistem desain intruksional ini ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan intruksional. Semua konsep sistem ini dalam hubungannya satu sama lain dipandang satu kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen tersebut lebih dulu di uji coba efektivitasnya sebelum sebelum disebarluaskan penggunaannya ke berbagai lembaga pendidikan.[11]
Selain itu, secara garis besar desain ini dikembangkan untuk merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan sistam pembelajaran yang lebih efektif, dan mencapai hasil belajar yang diharapakan.

2.      Perbedaaan desain intruksional
Adapun Perbedaaan desain intruksional ini adalah, sebagaimana ter cantum dalam tabel di bawah in[12] :
IDI
Dik and Carrey
PPSI
Berbasis Kompetensi
Mengembangkan 3 langkah pokok
Mengembangkan 10 langkah secara bindependen
Mengembangkan 5 langkah secara independen
Mengembangkan 10 langkah pembelajaran
·      Define
·      Develove
·      Evaluate
·      Identifikasi tujuan anslisis
·      Identifikasi awal dan karateristik
·      Merumuskan tujuan pembelajaran
·      Mengembangkan butir tes acuan criteria
·      Mengembangkan strategi pembelajaran
·      Mengembangkan dan memilih bahan pembelajarn
·      Merancang dan melakuakan evaluasi  formatif
·      Merevisi pembelajaran
·      Melakuakan evaluasi sumatif
·      Merumuskan tujuan
·      Mengembangkan alat evalusai
·      Menentukan kegiatan belajar
·      Mengembangkan program kegiatan pelaksanaan
·      Spesifikasi asumsi-asumsi atau proposisi yang mendasar
·      Mengidentifikasi kompetensi
·      Menggambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi
·      Menentukan tingkat tingkat criteria dan jenis assessment
·      Pengelompokan dan penyusunan tujuan pembelajaran
·      Desain dan strategi pembelajaran
·      Mengorganisasi system pengelolaan
·      Melaksanakan prcobaan program
·      Menilai desain program
·      Memperbaiki program
                                                                                                  
C.    Model yang sesuai dengan Karakteristik Pembelajaran melalui Pembuatan RPP
Model perencanaan pembelajaranharuslah sesuai dengan karaterisrik pembelajaran.Model PPSI merupakan model yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran melalui pembuatan RPP karena model PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Guna memudahkan penyususunan PPSI maka prosedurnya dapat digambarkan seperti pada bagan dibawah ini:













Gambar 1. Model Perecaaan Pembelajaran PPSI[13]
Berpegang pada PPSI yang telah di kembangkan, selanjutnya guru menyusun Model Satuan Pelajaran (SAP atau MSP). Sebagaimana diuraikan berikut ini, baik PPSI maupun SAP kami uraikan lebih terinci dalam “Strategi Belajar Mengajar” (Oemar Hamalik,  1986 halaman 22-63).

Bentuk Satuan Pelajaran
Dengan bentuk di sinidi maksudkan apakah kegiatan-kegiatan dari Satuan Pelajaran (TIU, TIK, Materi Pelajaran, dan lain-lain) disusun ke samping (horizontal) ataukah ke bawah (vertical)
Berdasarkan pertimbangan praktis ditetapkan agar bentuk yang dipakai adalah bentuk ke bawah (vertical), sebagai berikut.[14]
Bidang Studi                                       :…………………………………………………
Subbidang studi/Mata Pelajaran         :…………………………………………………
Satuan Bahasan                                   :…………………………………………………
Semester/Caturwulan                          : …………………………………………………
Waktu                                                  :…………………………………………………
       I.            Tujuan Intruksional Umum
……………………………………
……………………………………
……………………………………
    II.            Tujuan Instruksional Khusus
……………………………………
……………………………………
……………………………………
 III.            Materi Pelajaran
1.      ……………………………
1.1. ………………………
1.2. ………………………
2.      ……………………………
2.1. ……………………….
2.2. ……………………….
2.3. ……………………….
2.4. ……………………….
 IV.            Kegiatan Belajar Mengajar
1.      Metode
2.      Pokok-pokok kegiatan

Siswa
Guru
1.      ……………………………
2.      ……………………………
1.      ………………………………
2.      ………………………………




       I.            Alat-alat pelajaran dan sumber
1.      Alat pelajaran
1.1. …………………………….
1.2. …………………………….
2.      Sumber bahan
2.1. ……………………………
2.2. ……………………………
2.3. ……………………………
    II.            Evaluasi
1.      Prosedur
a.       …………………………….
b.      …………………………….
c.       …………………………….
2.      Alat bahan evaluasi (jenis tes)
2.1. ……………………………..
2.2. ……………………………..
3.      Soal-soal tes
Dari uraian di atas dapat diintisarikan sebagai berikut :
1.      Hubungan antarkomponen dalam system instruksional dapat dilukiskan lebih jelas dalam model-model diagramatis.
2.      Model system instruksional dari Wong dan Raulerson (1974) dan Kibler (1972) dapat ditetapkan dalam pengembangan satuan pelajaran leh guru.
3.      Keempat komponen pokok system instruksional yakni tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan evaluasi dapat digambarkan sebagai kesatuan komponen yang saling memiliki keterkaitan.[1]  





[1]Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Cet. V,I 2008 Rineka Cipta, Jakarta. Hal. 74


[1]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaranhal: 51-52
[2] Dewi salma prawilradilaga, prinsip disain pembelajaranhal: 33
[3]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaranhal: 55
[4]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaranhal: 59
[5]Dra. Roestiyah N.K,Strategi Belajar Mengajarhal 97
[6]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaranhal: 93-94
[7]Drs. Harjanto, Perencanaan Pengajaranhal: 98-99
[8]Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 52
[9]Prof. Dr. Afifudin, MM, Perencanaan Pembelajaran Bahan Ajar PLPG, hal.29
[10] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Perencanaan dan desain sistem pembelajaran, Jakarta (Kencana ; 2010, hal: 70-77
[11]Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Cet. V,I 2008 Rineka Cipta, Jakarta. Hal. 95
[12] Sugiyar dkk, Perencanaan Pembelajaran 2009,  Amanah Pustaka: Surabaya, Hal. 20
[13]Sugiar, Perencanaan Pembelajaranhal: 14
[14] Oemar Hamalik, Perencanaan PengajaranBerdasarkan Pendekatan Sistemhal:75-78

1 komentar: